** LKMM FMIPA 2025 **
Hari kelima kegiatan Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa (LKMM) FMIPA 2025 menghadirkan materi yang bertujuan untuk membentuk karakter kepemimpinan yang visioner serta membekali mahasiswa dengan keterampilan manajerial yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan masa depan. Sesi ini menjadi bekal penting bagi mahasiswa dalam mempersiapkan diri sebagai calon pemimpin bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
Materi I. Kunci Bertahan & Berkembang di Dunia Kampus
Pemateri : Robby Hidayat
Materi dengan tema “Keterampilan Berkomunikasi: Kunci Bertahan dan Berkembang di Dunia Kampus” disampaikan oleh Robby Hidayat dalam kegiatan Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Pra-TD. Beliau menekankan bahwa komunikasi adalah salah satu soft skill paling penting yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Dengan komunikasi yang baik, seorang mahasiswa tidak hanya mampu menyampaikan gagasan, tetapi juga membangun relasi, memahami orang lain, serta membuka peluang untuk berkembang di dunia kampus maupun kehidupan sehari-hari.
Isi Materi
1. Perbedaan Dunia SMA dan Dunia Kuliah
Dunia SMA:
Informasi sering disuapi, pertemanan cenderung homogen, kegagalan tidak terlalu berisiko, dan yang terpenting hanya belajar rajin.
Dunia Kuliah:
Mahasiswa dituntut mencari informasi sendiri, bertemu dengan banyak orang dari latar belakang berbeda, serta menyadari bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi. Maka, belajar saja tidak cukup.
2. Realita di Kampus – “Diam = Tertinggal”
Praktikum: sulit berdiskusi jika hanya diam.
Mencari Relasi: sulit mendapat teman, jaringan, atau bahkan pasangan jika tidak bisa bergaul.
Organisasi: sulit memimpin rapat atau melobi proposal jika tidak berani berbicara.
Kuliah Umum: dosen tidak akan mengenal mahasiswa yang pasif dan tidak pernah bertanya.
3. Dasar Literasi Digital: Berkomunikasi di Era Modern
Definisi: kemampuan memahami dan menggunakan informasi digital dengan bijak.
Etika Emas Mahasiswa:
Email/Chat ke dosen: perhatikan waktu, salam, identitas, bahasa formal, dan ucapan terima kasih.
Grup WhatsApp: gunakan untuk informasi penting, hindari hoaks dan debat kusir.
Media sosial: jaga personal branding karena apa yang diunggah adalah CV digital.
4. Mendengar Aktif – Senjata Rahasia untuk Disukai Orang
Teknik RASA:
R (Receive): fokus, singkirkan gangguan, tatap lawan bicara.
A (Appreciate): beri apresiasi dengan bahasa tubuh dan respon singkat.
S (Summarize): simpulkan kembali dengan bahasa sendiri.
A (Ask): bertanya untuk klarifikasi.
Intinya: bukan sekadar mendengar, tetapi memahami.
5. Berbicara Efektif – Sampaikan Ide, Bukan Sekadar Bunyi
Tujuan berbicara adalah agar pesan diterima, dimengerti, dan berpengaruh.
Struktur sederhana P-I-P:
Point: sampaikan inti pesan.
Illustration: berikan contoh atau alasan.
Point: ulangi kembali inti pesan untuk memperkuat.
6. Keluar dari Tempurung
Mahasiswa harus berani mencoba, melakukan kesalahan, lalu belajar untuk menjadi lebih baik lagi.
7. Tantangan 7 Hari Pertama di Kampus
Hari 1-2: berkenalan dengan minimal 3 orang baru di luar jurusan.
Hari 3-4: ajukan minimal 1 pertanyaan relevan kepada dosen di kelas.
Hari 5-7: cari informasi tentang UKM/organisasi yang diminati dan hubungi narahubungnya dengan etika yang benar.
Penutup
Melalui materi ini, Robby Hidayat menegaskan bahwa keterampilan komunikasi adalah bekal penting bagi mahasiswa untuk menghadapi tantangan akademik, organisasi, maupun kehidupan sosial di kampus. Dengan kemampuan literasi digital, mendengar aktif, dan berbicara efektif, mahasiswa dapat lebih mudah membangun jaringan, memperluas pengalaman, serta mengembangkan diri untuk masa depan.
Materi 2. Self Mastery
Pemateri : Nurkholik
Materi ini disampaikan oleh Bapak Nurkholik dengan topik Self Mastery. Self Mastery atau penguasaan diri merupakan kunci penting dalam mengendalikan hidup serta membangun profesionalisme. Melalui pemahaman dan penerapan konsep ini, seseorang diharapkan mampu menemukan alasan yang kuat dalam menempuh pendidikan, mengembangkan pola pikir yang tepat, serta menguasai profesinya di masa depan.
Isi Materi
Materi dimulai dengan pertanyaan reflektif: “Kenapa Anda kuliah?”. Pertanyaan ini mengajak kita untuk menyadari tujuan mendasar dari menempuh pendidikan tinggi.
Pernyataan motivasi yang muncul adalah:
“Saya ingin menjadikan dunia Asad menjadi lebih baik dan memastikan apa yang dia inginkan untuk kebaikannya akan saya penuhi.”
Hal ini menegaskan bahwa kuliah bukan hanya sekadar formalitas, melainkan sebuah proses untuk memberikan kontribusi nyata, baik bagi diri sendiri maupun lingkungan.
Selain itu, pemateri menekankan pentingnya menemukan alasan kenapa kita berada di sini. Alasan yang jelas akan menjadi penguat ketika menghadapi kesulitan maupun tantangan dalam perjalanan akademik dan kehidupan.
Konsep yang ditekankan adalah Growth Mindset, yaitu pola pikir berkembang yang mendorong individu untuk selalu belajar, beradaptasi, dan memperbaiki diri. Dengan pola pikir ini, setiap kesalahan bukanlah kegagalan, melainkan peluang untuk belajar.
Materi 3. Pengenalan dan Pengembangan Diri
Pemateri: Abizar
Setiap individu perlu mengenal dirinya sendiri sebelum berkembang lebih jauh. Bagaimana mungkin kita bisa memimpin orang lain jika bahkan belum mampu memimpin diri sendiri? Dengan memahami kelebihan, kekurangan, minat, serta nilai hidup, seseorang akan lebih mudah mengarahkan langkahnya.
Mengenal Diri
Proses mengenal diri dapat dimulai dengan refleksi sederhana, misalnya menuliskan kelebihan, kekurangan, minat, dan nilai hidup. Pertanyaan yang bisa diajukan antara lain:
-
Apakah saya lebih suka bekerja sendiri atau dalam tim?
-
Bagaimana saya menghadapi tekanan atau masalah?
Untuk memperdalam, dapat digunakan alat bantu seperti tes MBTI, analisis SWOT pribadi, atau journaling harian.
Mengembangkan Potensi
Langkah berikutnya adalah mengembangkan potensi. Pertanyaan reflektif yang penting:
-
Apa yang sudah saya kuasai saat ini?
-
Keterampilan apa yang dibutuhkan untuk masa depan?
Solusi yang dapat diterapkan adalah prinsip 3B:
-
Belajar
-
Berlatih
-
Berani mencoba
Tantangan dalam Pengembangan Diri
Setiap orang pasti menghadapi hambatan. Misalnya rasa malas, kurang disiplin, atau minimnya dukungan. Solusi yang dapat dilakukan antara lain menetapkan target kecil, mencari mentor, serta menjaga konsistensi dengan jadwal belajar.
Koneksi dengan Organisasi
Pengembangan diri juga erat kaitannya dengan peran dalam organisasi. Pertanyaan refleksi yang bisa diajukan:
-
Apa peran saya di organisasi?
-
Bagaimana saya bisa memberi kontribusi lebih besar?
Solusinya adalah menyesuaikan minat dengan bidang organisasi, serta memilih divisi yang sesuai dengan passion.
Refleksi dan Action Plan
Akhirnya, penting untuk merumuskan rencana tindakan nyata. Contohnya:
-
Menentukan 3 langkah kecil yang akan dilakukan mulai besok untuk berkembang.
-
Menentukan siapa orang yang dapat membantu mendukung perkembangan tersebut.
Action plan bisa dibuat dalam jangka pendek maupun panjang agar perkembangan diri lebih terarah.
Kesimpulan
Mengenal diri adalah langkah awal yang penting dalam proses pengembangan diri. Dibutuhkan kesadaran, usaha, dan konsistensi untuk menjadi pribadi yang berani mencoba, mau belajar, dan terbuka pada perubahan.
Materi 4. Sifat Kritis dan Prestatif Bagi Mahasiswa Baru
Pemateri : M. Aqwam Nugraha
1. Sifat Kritis
Definisi:
Sifat kritis adalah kemampuan seseorang untuk menilai, menganalisis, dan mengevaluasi informasi secara objektif sebelum menarik kesimpulan.
Ciri-ciri:
-
Selalu ada proses berpikir analitis.
-
Mempertanyakan “mengapa, bagaimana, apa buktinya?”.
-
Tidak langsung menerima informasi, tetapi menimbang bukti dan logika.
Perbedaan:
-
Sifat kritis → konotasi positif (membangun, analitis, mencari solusi).
-
Mencela → konotasi negatif (menjatuhkan tanpa dasar).
Terkadang, sifat ingin bertanya yang besar adalah bentuk dari sikap kritis. Namun, perlu dibedakan agar tidak jatuh pada logical fallacies (kesalahan berpikir).
Contoh:
-
Masalah: “Wi-Fi kampus sering mati.”
-
Analisis kritis: Masalah ini tidak hanya tentang Wi-Fi, tetapi juga menyangkut fasilitas belajar, sistem pelayanan mahasiswa, hingga kebijakan kampus.
-
Peran mahasiswa: mempertanyakan kenapa, bagaimana, dan solusinya.
2. Peran Mahasiswa dalam Sifat Kritis
Mahasiswa bukan sekadar penerima ilmu, tetapi juga agen perubahan (agent of change) dengan lima peran utama:
-
Agent of Change – Membawa pembaruan di masyarakat.
-
Iron Stock – Harapan bangsa sebagai penerus.
-
Guardian of Value – Menjaga nilai-nilai luhur bangsa.
-
Social Control – Mengkritisi kebijakan yang merugikan masyarakat.
-
Moral Force – Menjadi kekuatan moral dan teladan.
3. Pola Pikir Prestatif
Definisi:
Pola pikir prestatif adalah pola pikir yang berorientasi pada pencapaian, pengembangan diri, dan keberhasilan melalui usaha nyata.
Ciri-ciri:
-
Proaktif, bukan reaktif.
-
Berorientasi jangka panjang.
-
Berfokus pada kemauan dan strategi.
Formula Pola Pikir Prestatif:
-
A.K.U (Ambisi, Kenyataan, Usaha)
-
Ambisi → dorongan kuat untuk mencapai sesuatu.
-
Kenyataan → kondisi riil sebagai pijakan.
-
Usaha → tindakan nyata untuk mewujudkan ambisi.
-
-
S.R.K (Sasaran, Risiko, Konsekuensi)
-
Sasaran → target spesifik yang ingin dicapai.
-
Risiko → hambatan atau kerugian yang mungkin dihadapi.
-
Konsekuensi → dampak positif/negatif yang harus ditanggung.
-
Perbedaan mindset prestatif vs ambisi buta:
-
Mindset prestatif → realistis, terukur, penuh perencanaan.
-
Ambisi buta → tidak realistis, tidak mempertimbangkan risiko/konsekuensi.
Karakter mahasiswa prestatif:
-
Analitis (kritis, obyektif).
-
Visioner (punya sasaran dan ambisi).
-
Realistis (sadar akan kenyataan dan risiko).
-
Bertanggung jawab (siap menghadapi konsekuensi).
4. Kesimpulan
Sifat kritis dan pola pikir prestatif adalah bekal penting mahasiswa untuk menghadapi tantangan di kampus maupun di masyarakat. Mahasiswa dituntut untuk tidak hanya mengkritik, tetapi juga memberikan solusi konstruktif. Dengan pola pikir prestatif, setiap mahasiswa mampu menyeimbangkan ambisi, kenyataan, dan usaha demi mencetak prestasi yang sehat, terarah, dan bermanfaat.
0 Komentar